JAKARTA – Pebisnis properti mulai merancang strategi bisnis tahun depan dengan mematangkan konsep hunian skala perkotaan, serta merilis volume produk yang lebih besar sekaligus menyiapkan diri menghadapi siklus properti yang bergerak naik.
Agaknya situasi politik yang bakal memanas selama dua tahun mendatang terkait pemilihan umum dan pemilihan presiden tak menyurutkan langkah developer untuk bersiap menyongsong siklus puncak properti yang diprediksi mulai 2020.
Direktur Paramount Land Aryo Tri Ananto mengatakan produk yang lebih masif telah disiapkan tahun depan. Menurutnya akan lebih penting mengencangkan laju penjualan dengan volume yang lebih besar dengan variasi produk menyasar target berbeda.
"Volumenya yang dalam setiap produk akan besar tapi segmennya akan dirubah dengan harga yang paling realistis dan tidak jauh dari sekarang ini, "katanya kepada Bisnis, Senin (9/10).
Menurutnya, setelah sempat mengalami masa keemasan penjualan, beberapa tahun belakangan pasar memang lesu, kendati bukan berarti penjualan akan berhenti total. Tahun-tahun mendatang, katanya, banyak konsumen usia produktif yang memasuki masa pernikahan sebagai pasar potensial yang membutuhkan hunian.
“Tahun mendatang memang sudah masanya generasi milenial, first home buyer yang segmennya masuk ke kami sehingga lebih diperhatikan," imbuhnya.
Selain itu, sebagai pengembang skala kota, Paramount land pun bersiap mengembangkan kota mandiri baru seluas 1.000 ha di wilayah dekat Gading Serpong, Tangerang.
Perusahaan juga masih memiliki cadangan lahan yang belum dikembangkan seluas 3.000 ha untuk proyek di sekitar stasiun kereta angkutan massal (MRT) ataupun kereta ringan (LRT).
Pengembang, katanya, perlu menyiapkan diri untuk lebih berani pada tahun depan supaya ketika puncak siklus properti yang diperkirakan terjadi awal 2020, bisa mengantisipasinya dengan baik.
"Jangan ketika di puncak siklus baru bersiap. Itu terlalu terlambat, "imbuhnya.
Sementara itu, PT Metropolitan Land Tbk akan tetap berekspansi dengan lebih dulu menyesuaikan segmen pasar yang dibidiknya.
Emiten berkode saham MLTA itu saat ini menyasar segmen menengah yang berada di kawasan timur Jakarta, sedangkan kawasan barat Jakarta lebih banyak dibidik untuk segmen menengah dan atas.
Direktur Keuangan MTLA Olivia Surodjo mengungkapkan, pihaknya yang selama ini lebih banyak membangun segmen menengah memilih berstrategi menggandeng partner asing untuk memberikan nilai tambah bagi pengembangan proyek yang tengah dirintis tahun depan.
“Jadi alas an kami banyak partnership dengan asing, hal itu untuk memberikan nilai tambah. Partner kami spesialis di pengembangan lokasi dekat bandara. Mereka jago untuk mengemas dan mengembangkannya,” katanya.
Selain berupaya memperbaiki kinerja akhir tahun ini, katanya, pihaknya juga menyiapkan pembangunan di area infrastruktur. Di antaranya adalah merampungkan pembangunan stasiun KRL Commuter Line di Cibitung yang memiliki nilai investasi Rp 40 miliar. Proyek ini direncanakan bakal selesai pada semester II/ 2018 mendatang.
Proyek lain yang sedang dipersiapkan emiten berkode saham MTLA ini adalah pengembangan Kaliana Apartment sebanyak dua menara di Cileungsi yang rampung akhir 2019.
Mengandalkan potensi wilayah industri dan area pabrik, korporasi itu mengharapkan mampu menggaet pekerja di kawasan itu. Harga yang dilepas kepada konsumen pun dimulai dari Rp300 juta.
Selain itu Direktur Keuangan MTLA Olivia Surodjo mengatakan perusahaan masih memiliki proyek pembangunan vila di Ubud, Bali yang masih dalam tahap desain. Setelah mengantongi perizinan, proyek itu bisa mulai digarap awal tahun depan.
kutipan : Bisnis Kalimantan