INILAHCOM, Jakarta - Seperti disampaikan pengamat properti dari Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda, tahun ini merupakan titik terendah dari pertumbuhan bisnis properti.
Kami suarakan optimisme untuk 2016 besok, sebab tahun 2015 sudah jadi titik terendah pasar properti sejak sepuluh tahun terakhir," kata Ali di Hotel Shangrila, Jakarta, Senin (7/12/2015).
Ali mensinyalir, lepas landasnya bisnis properti tahun depan, ditengarai dengan kemungkinan Bank Indonesia (BI) bakal menurunkan suku bunga acuan (BI rate).
"Setiap penurunan 1 persen suku bunga acuan, maka Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan naik 4 persen hingga 5 persen," kata Ali.
Kata Ali, nilai tukar dolar As terhadap rupiah diprediksi mulai stabil pada 2016, berdampak kepada terjaganya deflasi. Ditambah lagi, pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), menjadi pintu masuk bagi investor asing untuk masuk ke industri dan pasar properti di tanah air.
"Akan ada banyak capital-capital dari luar yang masuk. Contohnya Cikarang, sudah banyak investor asal Jepang dan Cina yang sudah masuk,"ungkapnya.
Yang tidak kalah pentingnya, lanjut Ali, gencarnya pemerintah membangun infrastruktur, efektif dalam menyedot investasi. "Kita tidak bisa abaikan infrastruktur untuk mendongkrak pasar properti sebab salah satu penentu berkembangnya properti adalah infrastruktur," tuturnya. [ipe]
| Penulis | : Uji Sukma Medianti |
| Editor | : Uji Sukma Medianti |